ini tugas inhal gw nih, sedih, kena inhal terus, tapi tambah ilmu juga sih, haha, cekidot
Multiple
Sclerosis: Diagnosis, Managemen, dan Prognosis
Multiple Sclerosis adalah suatu kelainan
multifocal pada system saraf pusat, yang ditandai oleh lesi demyelinasi
inflammatory, yang menyerang baik substansia alba dan substansia griscea, yang
diduga dimediasi oleh autoreactive T
cells. Selain demyelinasi, dapat juga menimbulkan kerusakan akson yang irreversible. Pada akumulasi kerusakan
dari system saraf pusat, dapat terjadi kelumpuhan irreversible yang menandai fase lanjutan pada penyakit. Multiple Sclerosis dapat disebabkan oleh
berbagai interaksi lingkungan dan faktor genetic, faktor-faktor lingkungan,
seperti tempat tinggal pada usia dewasa muda, umur terpapar oleh Epstein-Barr virus (semakin tua semakin
besar tingkat insidensi MS), dan merokok, hingga kini telah ditemukan 52 alel
yang dicurigai beresiko untuk membangkitkan MS, namun yang diduga memiliki
korelasi paling tinggi adalah HLA-DRB1.
Delapan puluh lima penderita MS
menderita gangguan persyarafan (neurogical
disturbance) pada awal kejadian MS,
yang semakin memburuk dalam hitungan hari atau minggu, hal ini dikenal
sebagai ‘Clinically Isolated Syndrom
‘(CIS) atau ‘first demyelinating
event’, umumnya penderita merasakan adanya gangguan fungsi saraf pada salah
satu bagian, sebagian besar mengalami Long
tract syndrome and sign (baik secara sensorik atau motorik), selain itu
dapat pula terjadi secara multifocal.
Tahap setelah terjadinya CIS, dalam
hitungan hari atau minggu, penderita akan memulai fase dimana terjadi relaps
dan remisi, yang disebut juga ‘Relapsing
Remitting MS’ (RRMS). Disebut relaps apabila terjadi gejala atau tanda
objektif dari kejadian acute inflammatory demyelinating atau CIS yang terulang selama kurun waktu 24 jam. Dapat
saja terjadi ,tanpa menimbulkan kerusakan, namun gejala dan tanda residual
terjadi hingga 40% kasus. Peningkatan yang signifikan pada kelumpuhan oleh
karena hanya satu relaps sangat jarang.
Setelah 10 tahun, 40-45%
dari pasien dengan RRMS, akan mengalami proses lanjutan, dimana terjadi
akumulasi kerusakan system saraf tanpa adanya relaps, yang disebut secondary progressive MS (SPMS) .
Kemungkinan kerusakan yang menimbulkan efek permanen meningkat hingga 80%,
dalam fase ini dapat ditemukan perkembangan berbentuk plateau (mendatar = keadaan tetap), dan perbaikan minor, namun,pada
sebagian besar kasus, terjadi progresi dari kelumpuhan saraf.
Lima belas, hingga 20% dari
pasien akan mengalami jalur progresif langsung sejak onset, tanpa mengalamin
relaps maupun remisi, yang disebut juga Primary
progreesive MS (PPMS). Penampakan umum dari PPMS adalah pareparesis spastic
yang progresinya lambat, diikuti dengan gejala kerusakan cerebellum atau
sindrom hemiplegic, penderita pada fase ini tidak merespon pengobatan yang
diberikan pada umumnya.
Pemeriksaan penunjang MS
umumnya dilakukan dengan MRI, pemeriksaan cairan cerebrospinal dan pemeriksaan
gelombang otak, dan hanya bisa dipastikan secara histopatologi, tapi biopsy
dalam diagnosis MS sangat jarang dilakukan, karena itu, sekarang hasil dari MRI
sudah dapat diterima untuk mendiagnosis MS (jika ditemukan lesi multifocal).
Pada kenyataannya, hasil pemeriksaan lain masih menjadi pertimbangan hasil MRI,
misalnya bila dari pemeriksaan LCS ditemukan hasil negative, maka dalam
penanganannya harus dipertimbangkan diagnosis banding. Diagnosis banding (differential diagnosis) yang paling
membingungkan dalam kasus mirip MS adalah penyakit dengan demyelinasi, seperti
neuromyelitis optica (penyakit Devic) dan acute
disseminated encephalomyelitis. Selain itu differential diagnosis lain yang
penting adalah migraine, neoplasma otak besar, kekurangan nutrisi, lesi menekan
pada medulla spinalis, indeksi, amyotrophic
lateral sclerosis, steroid sensitive
relapsing disorders, infark recurrent , sindrom paraneoplastik, dan
penyakit psychiatric.
Penanganan utama pada
keadaan RRMS adalah interferon-ß dan glatiramer acetate, yang terbukti dapat
mengurangi jumlah lesi aktif pada MS (hasil melalui MRI). Selain itu
natalizumab telah terbukti dapat menurunkan kemungkinan dari memburuknya
kelumpuhan, mengurangi angka kambuh tahunan (annual relapse rate) dan jumlah lesi baru pada sitem syaraf pusat,
digunakan sebagai pengobatan garis kedua
(second line treatment),
selain itu terdapat juga obat oral untuk penanganan MS yaitu fingolimod,
laquinimod, teriflunomide dan BG12, yang masih dalam tahap penelitian preklinik,
karena efek pengobatan jangka panjangnya dan kegunaannya masih belum dapat
dipastikan. Pada pasien dengan penyakit
yang sudah lanjut dan tidak merespon pengobatan, pilihan obat garis ketiga
dapat dipakai, yang terdiri dari immunosupresi dengan cyclophosphamide atau
mitoxantrone, atau dosis tinggi kemoterapi, diikuti dengan transplantasi stem
sel autologos hematopoetik, penggunaan dari strategi pengobatan ini terbatas
karena toleransi yang rendah dan berpotensi menyebabkan efek samping yang
serius.
Prognosi dari pasien dengan kelumpuhan
parah setelah 5 tahun pertama semenjak onset kurang dari 5%, dan 10-20% persen
tetap tidak mengalami kekurangan setelah 20 tahun tanpa terapi, pada era
pre-MDT, median dari waktu onset hingga membutuhkan tongkat, status tidak bisa
bangun (bedbound) dan kematian, kira-kira 15, 26, dan 41 tahun. Pada PMS dan
bentuk lanjutan lain dari MS, median dari waktu onset hingga mencapai
kelumpuhan irreversible secara signifikan jauh lebih cepat jika dibandingkan
dengan RRMS, kebanyakan pasien sudah mencapai tingkat kelumpuhan awal atau
menengah saat waktu didiagnosis. Kecacatan kognitif terjadi pada hampir semua
tingkat dan tipe MS, semakin parah tingkatnya, maka kecacatan kognitifnya juga
semakin parah, hal ini biasa ditandai dengan pengurangan kecepatan berpikir,
memory, dan kemampuan memutuskan, hal ini sering mempengaruhi kemampuan bekerja
dari pasien, jadi, walaupun kelumpuhannya tergolong rendah, namun hal-hal
seperti ini dapat mempengaruhi kehidupan pasien ke depannya secara signifikan.
sumber:
Multiple sclerosis: Diagnosis, Management and Prognosis, oleh Benjamin K-T Tsang, dan Richard Macdonell, dari Australian Family Physician Vol. 40, No. 12, December 2011(via pubmed)
EH Tau ga sih, pas gw baca ini, gw langsung parno, gw kena ga ya MS ini, arghhh #galauanakFK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar